Buku ini akan mengajarkan kamu konsep utility-first pada CSS dan diakhiri dengan membangun sebuah website yang responsive dengan Tailwind CSS.
Buku ini bukan hanya untuk front-end developer yang ingin meningkatkan skill, buku ini juga cocok untuk back-end developer dan UI designer agar dapat menulis style tanpa harus menulis kode CSS dan tanpa mengandalkan front-end developer!
Tailwind hadir dengan konsep utility-first. Utility-first artinya banyak class-class kecil yang bisa digabung untuk menjadi sebuah UI.
JIT engine akan men-generate utility-class yang kita gunakan saja. Ini akan membuat pengalaman pengembangan semakin baik.
Tailwind tidak memiliki pra-desain komponen apapun, ini membuat desain website yang kita buat menjadi unik.
@mhdnauvalazhar
Tailwind sangat memungkinkan kamu untuk membangun sebuah desain website yang unik dan tanpa kamu perlu menulis kode CSS sedikitpun. Mungkin kamu akan berpikir bahwa kamu akan membutuhkan waktu yang lebih lama ketika membangun sebuah website dengan utility-first framework ketimbang dengan framework UIkit. Ya, benar. Karena kamu harus memikirkan desain dan mengimplementasikan desain tersebut dari awal sendiri. Namun, kamu perlu ingat manfaat-manfaat yang diberikan oleh utility-first framework, sehingga kamu dapat mempertimbangkannya. Dalam buku ini, kita akan mempelajari framework Tailwind CSS. Mulai dari konsep, workflow, hingga membuat sebuah website responsive dengan TailwindCSS. Buku ini tidak untuk semua orang, setidaknya kamu memahami cara mengoperasikan komputer, memahami HTML, memahami CSS, atau bisa dibilang kamu sudah pernah membangun website sebelumnya dan ingin mempelajari hal baru untuk meningkatkan skill.
"Buku itu seperti cermin: kalau yang berkaca padanya adalah seorang yang bodoh, engkau tak bisa berharap yang terpantul adalah seorang yang jenius." - J.K Rowling
Buku ini cocok untuk seorang yang ingin memperdalam front-end development agar tidak hanya sekadar Bootstrap
Buku ini ditulis berdasarkan dari dokumentasi Tailwind CSS langsung, agar meminimalisir terjadinya miskonsepsi
Sangat ramah untuk back-end developer yang phobia terhadap CSS dan mudah dipahami bagi UI designer
Studi kasus membangun sebuah website responsive dengan Tailwind CSS tanpa ngoding CSS
Buku ini diakhiri dengan membangun website yang responsive dengan Tailwind. Selain itu kamu juga kamu dapat bergabung ke komunitas untuk bertanya ketika mengalami kesulitan.
Lihat live demo project yang akan kamu buat di akhir buku ini.
Sebuah server Discord berisi teman-teman yang akan membantu kamu.
Klik pada gambar halaman di sebelah kanan buku untuk melihat lebih detail halaman buku tersebut dan membaca isinya.
Dilarang memperjualbelikan atau memperbanyak tanpa seizin penulis. Hak cipta dilindungi undang-undang.
*Buku digital akan dikirimkan ke alamat email kamu *Buku fisik dikirim 7 hari setelah pemesanan
“Halo, saya Nauval. Mungkin nama ini terdengar asing di telinga kamu. Namun, kedepannya saya berharap nama ini tidak lagi terdengar asing di telinga kamu sebagai orang yang rajin berbagi hal-hal baik untuk masyarakat, khususnya dalam ilmu komputer. Saya seorang web developer yang masuk kategori apa-aja-dikerjain-selagi-ada-manfaat-nya. Meski begitu, saya lebih senang fokus di front-end development, karena --menurut saya-- ini lebih sederhana saja. Di front-end development pada dasarnya hanya perlu menguasai tiga bahasa: HTML, CSS, dan JavaScript. Sudah jelas ini sederhana, yang bikin ribet itu kamu sendiri, sudah tau kamu cocoknya pake jQuery, malah maksa pake React.”
Kalo seandainya kamu belum percaya dengan buku ini maka tidak apa-apa, karena yang patut kamu percayai adalah Tuhan. Tapi, mungkin beberapa ulasan ini bisa membangkitkan hasratmu untuk membeli buku ini.
Otak Kita butuh asupan nutrisi juga, tidak hanya perut saja.